28.9.09

6 Hal Yang Perlu Diketahui Oleh SEORANG PEMIMPIN PUJIAN

Diposting oleh blessed di 10.40

1. Pemimpin pujian kurang memperhatikan susunan lagu pujian yang dibawakan.
2. Pemimpin pujian jangan menjadi aktor yang over akting
3. Pemimpin pujian jangan menjadi ‘tukang dongkrak’
4. Pemimpin pujian harus mengerti perasaan jemaat
5. Pemimpin pujian jangan menjadi pengkhotbah
6. Mengalirlah dalam pimpinan Roh Kudus

1. Pemimpin pujian kurang memperhatikan susunan lagu pujian yang dibawakan.

Seorang pemimpin pujian hendaknya membuat susunan lagu yang akan dinyanyikannya tidak asal-asalan, misalnya lagu pertama Hanya dekat kasih-Mu, Bapa, lagu kedua Allah bangkit, ketiga Masuk gerbangnya bersyukur, keempat Jalan hidup orang benar....Secara nalar saja, kira-kira susunan lagu seperti itu bisa membawa jemaat dalam kondisi yang siap menerima Firman Tuhan atau tidak? Mungkin jemaat tetap menyanyi dan semangat karena pengaruh pemimpin pujian yang semangat, tetapi itu adalah ibadah yang sia-sia. Roh jemaat tidak dipersiapkan!

Ada baiknya jika lagu-lagu yang akan dibawakan adalah satu tema, misalnya tema ucapan syukur, pilihlah lagu-lagu yang isinya mengandung ucapan syukur, seperti: Ku bersyukur, Trimakasih Tuhan, Syukur, dsb. Tema kasih terhadap sesama, pilihlah lagu yang isinya mengandung indahnya kasih terhadap sesama, seperti: O, betapa indahnya, Kukasihi kau dengan kasih Tuhan, Ku cinta k’luarga Tuhan, dsb. Susunan lagu yang dibuat dengan sistematis ini, selain membuat suasana ibadah jadi indah dan terarah, juga akan membawa hati jemaat dipersiapkan untuk menerima Firman Tuhan. Lebih bagus lagi bila pujian yang dinyanyikan satu tema dengan Firman Tuhan yang akan disampaikan.

2. Pemimpin pujian jangan menjadi aktor yang over akting

Pemimpin pujian bukanlah artis. Pemimpin pujian bukan melayani atau mau menyenangkan manusia, tetapi melayani dan menyenangkan hati Allah. Pemimpin pujian bukan hendak mencari pujian dan sanjungan dari manusia, melainkan untuk menyanjung dan memuliakan Allah. Memang dalam memuji dan menyembah Tuhan kita tidak dibatasi oleh apapun. Kita bebas mengekspresikan rasa syukur dan cinta kita kepada Allah. Kita bebas menari, melompat dan menyanyi dengan suara keras. Tetapi bukan “over akting”. Bukan supaya kita dilihat orang lain bersemangat atau kelihatan rohani dan cinta Tuhan. Tanpa disadari seringkali pemimpin pujian melakukan ‘masturbasi’ rohani. Dia memuji dengan riang, melompat, berteriak, menari, tetapi itu hanya ia nikmati sendiri, tanpa peduli dengan jemaat yang seharusnya ia pimpin. Jangan pikir jemaat tidak tahu keadaan rohani seorang pemimpin pujian. Ada sebagian jemaat yang hidupnya dekat dengan Tuhan yang bisa membedakan apakah pemimpin pujian ini mengalir dengan Roh Kudus ataukah hanya kedagingan belaka!

3. Pemimpin pujian jangan menjadi ‘tukang dongkrak’

Kadangkala pemimpin pujian menjadi ‘tukang dongkrak’ yang memaksa jemaat dengan kata-kata yang rohani, seperti “Saudara rindu menyenangkan Tuhan? Mari menari bagi Tuhan!” Kadang juga mengajak jemaat bertepuk tangan dengan berkata “Beri kemuliaan bagi Tuhan.” Malah ada yang mengajak jemaat melakukan itu berkali-kali dalam satu ibadah. Ajakan itu justru membuat sebagian jemaat merasa risih dan tidak senang. Atau malah menunjukkan bahwa pemimpin pujian tidak siap, kehabisan kata-kata atau grogi. Bila ajakan itu adalah gerakan Roh Kudus, maka suasananya pasti indah dan mendatangkan berkat.

Ajaklah jemaat memuji Tuhan apa adanya. Biarkan mereka mengungkapkan perasaannya kepada Allah menurut kerinduannya sendiri. Tidak perlu dipaksa. Jemaat yang tahu bagaimana ia harus mneyenangkan hati Tuhan, ia akan melakukannya sendiri.

4. Pemimpin pujian harus mengerti perasaan jemaat

Seringkali pemimpin pujian ‘semaunya’ sendiri ketika ia memimpin pujian. Ia tidak melihat siapa jemaatnya. Dalam kebaktian umum yang sebagian jemaatnya adalah orang-orang tua dan lanjut umur, saya rasa bukan tindakan yang bijaksana bila mengajak terus berdiri dari awal ibadah sampai menjelang khotbah disampaikan, apalagi bila waktu puji-pujian sampai satu jam. Ironisnya, ia malah bertanya: “Saudara masih kuat berdiri?” Ini adalah pertanyaan bodoh! Jemaat tidak akan pernah menolak. Mereka hanya menurut apa yang disuruh oleh pemimpin pujian. Mereka tidak mungkin menolak sebab mungkin mereka malu dengan orang yang ada di sebelahnya. Tetapi tahukah bila dalam hati jemaat ada yang mengomel atau mengeluh? Di sisi lain, kondisi jemaat yang lelah, tidak akan terbuka lagi untuk menerima Firman Tuhan. Oleh sebab itu, jangan salahkan jemaat bila waktu khotbah jemaat kelelahan dan tertidur.

Di samping itu ada juga pemimpin pujian yang tidak peka dengan suasana ibadah yang sedang berlangsung. Ketika ia mengajak jemaat menyembah, dan semua jemaat sedang ‘naik’ dalam penyembahan, sang pemimpin pujian memotongnya dan mengajak jemaat untuk menaikkan pujian praise.

5. Pemimpin pujian jangan menjadi pengkhotbah

Ada kalanya pemimpin pujian memberi komentar atas pujian yang dinaikkan. Itu boleh-boleh saja, tetapi bila komentarnya terlalu panjang, maka itulah yang perlu dibenahi. Saya senang bila dalam sebuah ibadah lagu-lagu praise-nya medley (sambung-menyam-bung). Dengan lagu yang seperti itu sedikit kemungkinan seorang pemimpin pujian yang akan menjadi pengkhotbah. Namun ada saatnya pemimpin pujian tergelitik untuk menjadi komentator seperti pengkhotbah. Selesaikan tugas Anda sebagai pemimpin pujian dan biarkan ulasan Firman Tuhan diberikan kepada hamba Tuhan yang akan menyampaikannya. Hal ini akan menghindari kejenuhan jemaat dengan suasana ibadah yang sedang berlangsung.

6. Mengalirlah dalam pimpinan Roh Kudus

Untuk melakukan hal ini tentu tidak mudah. Diperlukan hati yang peka terhadap pimpinan Roh Kudus. Itu sebabnya seorang pemimpin pujian harus memiliki persekutuan yang erat dengan Tuhan. Kedekatannya dengan Sang Raja yang ia sembah akan membuat ia mampu memimpin seluruh jemaat mendatangi tahta kudusnya dan menyembahnya dengan baik dan benar. Seorang pemimpin pujian hendaknya selalu berada dalam hadirat Allah dalam kesehariannya, baik di rumah, di tempat kerja dan di manapun ia berada. Ia harus menjaga hatinya agar tetap kudus dan lurus di pemandangan Allah. Bila pemimpin pujian mau melakukan ini, maka ia tidak akan menjadi ‘tukang dongkrak’, ‘aktor’ atau ‘pemaksa jemaat’. Ia akan menjadi seperti Daud yang memuji dan menari bagi Tuhan dengan segenap hati dan kekuatannya dengan tidak malu-malu (II Sam 6:14; 20-22). Dan bila ini dilakukan, maka akan terjadi seperti dalam pujian “kulihat perubahan dalam tiap wajah....dan sesuatu pasti terjadi.....” Pemimpin pujian yang seperti ini akan memimpin jemaat bukan dengan kepiawaiannya, tetapi dengan otoritas dan wibawa dari Allah.

Pada akhirnya, biarlah segala puji, hormat dan kemuliaan kita kembalikan kepada Allah. Ia yang bertahta di atas pujian kita akan membuat setiap orang yang mendengar pujian kita terberkati, lebih dari itu, orang yang hidupnya tersesat dan tinggal dalam dosa bisa dibawa kepada Allah melalui pujian yang kita nyanyikan.



Sumber: ForumKristen.com

2 komentar on "6 Hal Yang Perlu Diketahui Oleh SEORANG PEMIMPIN PUJIAN"

Unknown on 05 Maret, 2013 01:21 mengatakan...

ga semua org bisa jadi WL...

tp klo kita mw belajar dan belajar...

pasti bisa kok...

tapi harus melewati semua konsekwensi yg ada...

"pikul salib" ntu ga enak bray wkwkwk....

tp klo udah lope... jadi enak deh.. ^_^

by : passionate - member di FK

blessed on 23 Oktober, 2013 01:01 mengatakan...

Tul betul..
Udah jadi WL pun harus selalu terus belajar..

Saat pikul salib, kalo liat ke manusia, emang berat...
Tapi saat memikul salib, kita fokus memandang-Nya,
Wow, yang ada hanya ucapan syukur tiada henti...

Salam kenal, passionate..
dari Blessed - JKers juga.. ^_^

Posting Komentar

 

Fedora Copyright © 2009